Pesatnya kemajuan media informasi dewasa
ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik
pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita
dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar
pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun
di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang
aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat
dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap
pemberitaannya.
Apa
Itu Jurnalistik?
Menurut Kris Budiman, jurnalistik
(journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan,
penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran
media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada
penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian
sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian
tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah,
dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi.
Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism),
elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang
jurnalistik secara tersambung (online journalism).
a.
Skeptis
Skeptis adalah sikap untuk selalu
mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai
segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan.
Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk
mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun
ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.
b.
Bertindak (action)
Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa
itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri
seorang wartawan.
c.
Berubah
Perubahan merupakan hukum utama
jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator,
penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
d.
Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar
pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e.
Peran Pers
Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai
mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan
masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus
berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat
kebijaksanaan serta advokasi.
Berita
Ketika membahas mengenai jurnalistik,
pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata "berita" atau
"news". Lalu apa itu berita? Berita (news) berdasarkan batasan dari
Kris Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru
(aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai
penting, atau luar biasa. "News" sendiri mengandung pengertian yang
penting, yaitu dari kata "new" yang artinya adalah "baru".
Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan
aktualitas. Dari kata "news" sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan
"north", "east", "west", dan "south".
Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus dari keempat sumber
arah mata angin tersebut.
Selanjutnya berdasarkan jenisnya, Kris
Budiman membedakannya menjadi "straight news" yang berisi laporan
peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas, sering disebut
sebagai berita keras (hard news). Sementara "straight news" tentang
hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dsb.,
dikategorikan sebagai berita ringan atau lunak (soft news). Di samping itu,
dikenal juga jenis berita yang dinamakan "feature" atau berita kisah.
Jenis ini lebih bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani (human
interest). Sebuah "feature" tidak terlalu terikat pada nilai-nilai
berita dan faktualitas. Ada lagi yang dinamakan berita investigatif
(investigative news), berupa hasil penyelidikan seorang atau satu tim wartawan
secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.
Nilai
Berita
Sebuah berita jika disajikan haruslah
memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal,
seperti berikut.
1.
Objektif: berdasarkan fakta, tidak
memihak.
2.
Aktual: terbaru, belum "basi".
3.
Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak
umum.
4.
Penting: pengaruh atau dampaknya bagi
orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal.
5.
Jarak: familiaritas, kedekatan
(geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas menurut Kris
Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, Masri Sareb Putra
dalam bukunya "Teknik Menulis Berita dan Feature", malah memberikan
dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006: 33). Dua belas hal tersebut
di antaranya adalah:
1.
sesuatu yang unik,
2.
sesuatu yang luar biasa,
3.
sesuatu yang langka,
4.
sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa
orang (tokoh) penting,
5.
menyangkut keinginan publik,
6.
yang tersembunyi,
7.
sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
8.
sesuatu yang belum banyak/umum
diketahui,
9.
pemikiran dari tokoh penting,
10. komentar/ucapan dari tokoh penting,
11. kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
12. hal lain yang luar biasa.
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai
itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya
aktualitas dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.
Anatomi
Berita dan Unsur-Unsur
Seperti tubuh kita, berita juga
mempunyai bagian-bagian, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Judul atau kepala berita (headline).
2.
Baris tanggal (dateline).
3.
Teras berita (lead atau intro).
4.
Tubuh berita (body).
Bagian-bagian di atas tersusun secara
terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan
piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Atau dengan
kata lain, lebih menekankan hal-hal yang umum dahulu baru ke hal yang khusus.
Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa
yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian
tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita
(Budiman 2005) . Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di
tiap bagiannya, terutama pada tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan
aspek nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini.
Untuk itu, sebuah berita harus memuat
"fakta" yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini
senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar
komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).
1.
Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
2.
What - apa yang terjadi di dalam suatu
peristiwa?
3.
WHERE - di mana terjadinya peristiwa
itu?
4.
Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
5.
When - kapan terjadinya?
6.
How - bagaimana terjadinya?
Tidak hanya sebatas berita, bentuk
jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk
opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom
(column), pojok dan surat pembaca.
Sumber
Berita
Hal penting lain yang dibutuhkan dalam
sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang
dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J.
Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) berikut ini.
1.
Observasi langsung dan tidak langsung
dari situasi berita.
2.
Proses wawancara.
3.
Pencarian atau penelitian bahan-bahan
melalui dokumen publik.
4.
Partisipasi dalam peristiwa.
Kiranya tulisan singkat tentang
dasar-dasar jurnalistik di atas akan lebih membantu kita saat mengerjakan
proses kreatif kita dalam penulisan jurnalistik.
Sumber
bacaan:
Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar
Jurnalistik: Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik -- Info Jawa
12-15 Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.
Ishwara, Luwi. 2005.
"Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar". Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Putra, R. Masri Sareb. 2006.
"Teknik Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar